Oleh : Ummu Khadijah
Pro dan Kontra kedatangan Timnas Israel U-20 ke Indonesia
Piala Dunia U-20 yang rencananya digelar di Indonesia khususnya di enam provinsi, meliputi DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Baik dari kalangan pejabat negara, ulama', berbagai organisasi masyarakat, hingga pihak pemerintah yang turun tangan langsung dalam memfasilitasi pergelaran bergengsi internasional ini. Hal ini dikarenakan Israel adalah salah satu dari 24 tim nasional yang akan bertanding di Piala Dunia U-20 di Indonesia. Israel lolos dengan menempati peringkat runner up di Piala Eropa 2022 setelah Inggris.
Beberapa kontra atau penolakan yang dilakukan antara lain oleh tim aksi penolakan delegasi Israel di solo yang telah memasang beberapa spanduk berisi seruan kepada presiden Joko Widodo dan Ketua DPR Puan Maharani atas penolakan timnas Israel tersebut. Hal ini diungkapkan pula oleh Juru bicara tim aksi penolakan tersebut, Endro Sudarsono, yang merujuk sikap Presiden Soekarno yang melarang tim Indonesia melawan tim Israel dalam kualifikasi Piala Dunia tahun 1958 di Yugoslavia, dan penolakan tim Israel di Asian Games tahun 1962 di Jakarta. Ketua DPP PDIP bidang Keagamaan dan Kepercayaan kepada Tuhan, Hamka Haq juga menolak kedatangan Timnas Israel dengan prinsip yang sama yaitu mengikuti untaian sejarah dari Bung Karno. Begitupun juga dengan Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Bali I Wayan Koster, dan lain sebagainya.
Persaudaraan Alumni 212, FPI, dan sejumlah organisasi masyarakat keagamaan lainnya juga menolak kedatangan timnas Israel ke Indonesia. Salah satunya yaitu dengan cara melakukan demonstrasi pada Senin, 20 Maret 2023 lalu dan mengancam akan mencegat kedatangan Timnas Israel di Indonesia. Dan ancaman melakukan demonstrasi berkesinambungan sampai negara membatalkan kedatangan Israel ke Indonesia. Penolakan juga datang dari MUI (Majelis Ulama' Indonesia). Dilansir dari CNN Indonesia, Sudarnoto Abdul Hakim selaku Ketua MUI menjelaskan terdapat empat alasan penolakan tersebut. Pertama, berkaitan dengan amanah konstitusi yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Kedua, berkaitan dengan hubungan diplomatik. Dia berpendapat, jelas sekali Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel dan tidak akan pernah membuka hubungan diplomatik sepanjang Palestina masih dijajah. Ketiga, berkaitan dengan solidaritas. Ormas Islam dan MUI tetap memperkuat solidaritas kepada rakyat dan bangsa Palestina. Keempat, persatuan dan kesatuan bangsa harus dirawat, diperkuat dan dilindungi dari ancaman disintegrasi yang diakibatkan oleh kontroversi dan pro kontra yang dibiarkan seputar timnas Israel
Berbeda halnya dengan pihak yang pro terhadap kedatangan Timnas Israel U-20 ke Indonesia ini, yang hanya melihat dari kaca mata olahraga saja, tanpa mempertimbangkan aspek lain. Seperti yang diutarakan oleh pengamat hubungan internasional di Universitas Indonesia Broto Wardoyo. "Jadi urusan kedatangan kontingen Israel ke Indonesia dalam rangka mengikuti pertandingan Piala Dunia U-20, sebaiknya diletakkan dalam kerangka tersebut saja. Artinya kalau kita tidak menolak, itu menunjukkan kita tidak mendukung Palestina, nggak juga sebetulnya," kata Broto. Deputi III Kemenpora Raden Isnanta juga mengungkaplan bahwasannya olahraga dan politik merupakan hal yang berbeda dan tidak ada hubungannya. (VoaIndonesia.com)
Dukungan kedatangan Timnas Israel ke Indonesia juga digaungkan oleh Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. Bahkan, dia mempertanyakan sejumlah pihak yang menolak kehadiran timnas Israel dalam gelaran Piala Dunia U-20. "Kalau kita cuma menolak Israel, Jangan datang! habis itu tidur, apa gunanya buat Palestina? Enggak ada gunanya juga," kata Yahya di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat, 24 Maret 2023. Gus Yahya mengaku lebih memilih meningkatkan posisi Indonesia di mata organisasi sepakbola dunia (FIFA) daripada ikut menolak kedatangan timnas Israel U-20. (Viva.co.id)
Respon Pemerintah
Menanggapi gelombang penolakan ini, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin meminta semua pihak tidak mencampur aduk olahraga dan politik. Ia menekankan Indonesia tak menggugurkan sikap dan pemikirannya memperjuangkan hak kedaulatan negara Palestina meski menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 yang dihadiri Israel. "Jangan pernah ada orang mencampur adukkan kerja-kerja urusan sport dalam hal ini World Cup U-20 dengan urusan politik," ujar Ngabalin. (CNNIndonesia.com)
Kapitalisme Dibalik Kasus Kedatangan Timnas Israel
Indonesia yang merupakan negara dengan sistem kapitalisme, dapat mengamalkan segala cara demi tercapaikan keuntungan materi semata. Seperti halnya ajang bergengsi piala dunia yang memiliki potensi ekonomi sangat besar mulai dari segi pariwisata, atribut, food, fashion, dan lain sebagainya. Seperti halnya Qatar yang meraup keuntungan sebesar US$ 7,5 miliar atau 117,75 triliun. Jumlah ini belum termasuk aspek lainnya seperti pengaruh soft power Doha dan politik, peningkatan sektor pariwisata, dan bisnis akomodasi.
Potensi ekonomi tersebut telah mengalahkan rasa peduli terhadap penderitaan saudara muslim kita di Palestina. Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas muslim, begitu banyak pihak yang kontra atau melakukan aksi penolakan terhadap kedatangan Timnas Israel ke Indonesia. Namun, negara yang menganut sistem kapitalisme berusaha untuk mempertahankan kedatangan Timnas penjajah tersebut, dengan dalih tuan rumah wajib memfasilitasi para pemain. Belum lagi alasan bahwasannya urusan olahraga tak perlu dicampur adukkan dalam masalah agama, politik, maupun kemanusiaan. Padahal sejatinya, keuntungan materi lah yang menjadi tujuan utamanya. Berbagai pihak baik individu maupun masyarakat yang melakukan penolakan dengan berbagai macam aksi maupun pemikiran, tak akan berbuah hasil apapun jika negara tak mengambil tindakan penolakan juga.
Urgensi Pemimpin Tegas Memperjuangkan Kesejahteraan Muslim
Umat Islam, khususnya muslimin palestina membutuhkan pemimpin yang tegas dan berani membela serta menyelamatkan mereka dari kekejaman Israel. Satu-satunya yang dapat mewujudkan hal tersebut yaitu Daulah Khilafah. Hal ini dapat dilihat dari perjuangan panglima Salahuddin Al-Ayyubiw yang membebaskan tanah Palestina dari kencaman tentara salib dengan mengirim pasukan kaum muslimin untuk melawan para tentara salib tersebut. Seperti yang tercantum dalam salah satu Firman Allah Ta'ala,
وَا قْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَ خْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَا لْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقٰتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِ ۚ فَاِ نْ قٰتَلُوْكُمْ فَا قْتُلُوْهُمْ ۗ كَذٰلِكَ جَزَآءُ الْكٰفِرِيْنَ
"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 191)
Berkaca pula kepada sikap Sultan Abdul Hamid II, yang merupakan penguasa khilafah Utsmaniyah yang menolak tawaran menggiurkan dari Teodor Herzl yang merupakan tokoh utama gerakan zionisme israel. Tawaran tersebut berupa hadiah sebesar 150 juta poundsterling untuk pribadi sultan (Rp. 2,7 Triliun), dia juga menjanjikan pelunasan seluruh hutang khilafah Utsmaniyah, pembuatan kapal pertahanan senilai 120 juta Frank, memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta poundsterling, serta akan dibangunkan universitas Utsmaniyah di Palestina. Namun, dengan syarat Sultan Abdul Hamid II harus memberikan sejumlah wilayah untuk pemukiman Israel di Tanah Palestina. Tawaran tersebut dengan tegas di tolak oleh Sultan Abdul Hamid II. Ia memperjuangkan tanah Palestina tersebut yang merupakan tanah wakaf kaum muslimin. Yang telah diperjuangkan oleh kaum muslimin dengan bersumpah darah.
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa imam adalah junnah/perisai. Menghalangi musuh menyerang kaum muslim dan melindungi kemurnian Islam.
Untuk itu, sebagai kaum muslimin sudah sepatutnya kita memperjuangkan tegaknya kembali Daulah Khilafah dibawah pimpinan seorang Khalifah yang menjadi junnah bagi kaum muslimin dan menerapkan Islam secara kaffah, jika ingin melindungi saudara muslim kita dari kejahatan penjahat Israel laknatullah. Melalui dakwah, Inilah sikap benar yang dapat diambil para kaum muslimin. Bukan malah berdiam diri ataupun mendukung segala bentuk kebijakan negara kapitalisme yang seakan-akan mendukung para penjajah dan tak peduli dengan kemelaratan dan kesusahan saudara muslim di Palestina. Memisahkan antara agama dengan kehidupan adalah ciri dari sistem kapitalisme sekulerisme. Untuk itu, mereka tak membiarkan Islam menjadi sebuah aturan hidup baik dari aspek politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Islam hanya dianggap sebagai yang mengatur ibadah mahdhoh saja. Melalui aturan atau kebijakan yang telah dibuat dengan berlandaskan asas manfaat, kapitalisme senantiasa menyampingkan hukum Syara'.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang shahih,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586).
Refrensi :
https://www.voaindonesia.com/a/kontroversi-kedatangan-delegasi-israel-di-u-20-mungkinkah-memisahkan-politik-dan-olah-raga/6997655.html
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230324211648-12-929104/deret-tokoh-dan-institusi-tolak-kedatangan-timnas-israel-u-20
https://www.voaindonesia.com/a/polemik-rencana-kedatangan-timnas-israel-dua-gubernur-sampaikan-penolakan-/7021044.html
https://www.viva.co.id/berita/nasional/1586974-dilandasi-al-qur-rsquo-an-said-aqil-tolak-israel-ikut-piala-dunia-u-20-di-indonesia?page=2
Komentar
Posting Komentar