By : @_ainaalfatihah
(Founder Muslimah Inqilabi)
(kegagalan sistem demokrasi)
Sahabat. Akhir-akhir ini banyak sekali ketidaktentraman mengrong-rong jiwa rakyat. Bagaimana tidak? Hidup rakyat seakan sudah di ujung tanduk. Semakin hari kehidupan rakyat semakin sulit sedangkan pemerintah sibuk urus tiga priode. Mau jadi apa negeri ini nanti?
Sahabat. Negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Buktinya sejak pemimpin menduduki kursi kekuasaan selama dua priode, yang penulis dapatkan hanya isu radikalisme. Anehnya, ketika genting-gentingnya kasus korupsi pemerintah tidak bisa menangani. Justru yang sering dipermasalahkan adalah radikalisme, seolah mengalihkan fokus masyarakat dari kasus korupsi ke radikalisme. Ketika mengkritik pemerintah difonis radikal dan sesat, tentu itu membingungkan banyak masyarakat. Di mana radikal lebih menakutkan ketimbang perampok uang negara.
Selama dua priode. Banyak kasus KDRT akibat ekonomi sulit. Banyak pembuangan anak akibat ekonomi sulit. Sudah ditimpa kesulitan, justru pemerintah semakin mempersulit rakyat. Mulai dari soal kukus dan rebusan sampai makan pisang dua biji. Itu solusi tapi bikin sakit hati.
Masih soal pisang dua biji. Perut orang Indonesia mayoritas tidak bisa kenyang tanpa nasi, ibarat nasi harga mati. Nasi adalah makanan turun temurun dari nenek moyang. Jadi perut orang Indonesia beda dengan orang Eropa sana, dengan makan roti dua biji saja sudah kenyang. Tapi kalau orang Indonesia, ketika makan mie pun mereka merasa tidak lengkap tanpa dicampur nasi. Lalu bagaimana mungkin solusinya makan pisang dua biji?
Belum juga usai masalah minyak goreng, kini bensin pun lagi marak-maraknya naik. Dari tahun ke tahun selalu naik jika menjelang Idul Fitri. Rakyat sudah hidup tercekik, kini bertambah lagi penderitaannya. Bagaimana mungkin bisa menurunkan kemiskinan di negeri ini sedangkan faktanya yang meningkat adalah kemiskinan akibat ekonomi sulit dan harga kebutuhan hidup serba naik? Inilah wajah buruk dan kegagalan demokrasi.
Selama dua priode ini, keberhasilan yang pemerintah raih adalah, hanya di kepemimpinan sekaranglah mengkritik penguasa disebut radikal dan sesat, keberhasilannya membubarkan pengajian, keberhasilannya membuat kebijakan yang meresahkan rakyat, keberhasilan memberi solusi tanpa ada solusi alias kacau, keberhasilan membunuh beberapa umat Islam sedangkan teroris OPM dianggap saudara, keberhasilan menaikkan harga BBM, keberhasilan hutang yang semakin tinggi, keberhasilan banyak drama yang sudah dipmainkan dan banyak lagi keberhasilannya yang tidak cukup untuk ditulis.
(HTI hadiri membawa solusi fundamental)
Ketika HTI hadir memberi solusi yang shahih dan berani mengkritik kebijakan pemerintah di saat itu ormasnya mulai dilirik dan dianggap ancaman bagi para penguasa. HTI pernah berhasil mematahkan salah satu gubernur yang pernah menistakan agama, dan sejak itu para kubunya sangat dendam. Akhirnya tepat tahun 2017 penguasa zalim berhasil mencabut BHP HTI, tapi alhamdulillah mereka tidak mampu mencabut pemahamannya yang sudah melekat.
HTI tidak pernah setengah-tengah dalam memberi solusi. Tapi harus kaffah dan berdasarkan hukum dari Allah. Tidak ada yang sesat dari HTI, justru yang sesat adalah mereka yang mengambil hukum buatan manusia. Penguasa menyematkan kata radikal, ekstrim dan sesat karena mereka tidak suka dilarang bermaksiat, mereka tidak suka dilarang melakukan kezaliman.
Buktinya saat ini mereka zalim, kalau bukan zalim kenapa BBM harus naik? Kenapa para kubunya kekueh memaksa tiga priode? Beberapa hari yang lalu dan kedepannya jalanan ramai dibanjiri mahasiswa dan teriak menolak tiga priode. Lalu rakyat yang mana merindukan tiga priode? Paling hanya kelompoknya sendiri. Lalu apa iya, HTI berbahaya ketimbang mereka yang gila jabatan? Justru yang bahaya itu memaksa tiga priode padahal mayoritas rakyat Indonesia tidak ridho. Sekali lagi HTI tidak pernah berniat menduduki kursi kekuasaan apalagi di sistem yang rusak ini. Tapi HTI jelas-jelas mengharapkan hidup tentram dengan aturan Islam secara kaffah.
HTI hanya berusaha memberikan solusi yang utuh. Coba lihat sekarang masalah BBM ini. Sebenarnya BBM naik bukan kali ini saja, tetapi dari dulu hal semacam ini sering terjadi. Menyuruh pemimpin turun dari jabatan pun tidak cukup, karena siapapun menjadi pemimpinnya tidak akan bisa menjamin kesejahteraan rakyat kalau sistemnya masih sama.
Ibarat kita berada di satu kolam yang kotor dan berlumpur. Bayangkan banyak orang yang datang mandi di kolam tersebut. Rata-rata mereka datang dengan pakaian bersih, wangi, gagah, cantik tapi ketika sudah masuk di kolam tersebut dan ketika mereka naik, mereka akan kotor dan bau. Lalu bagaimana cara menanganinya? Ganti kolam atau pindah ke kolam yang bersih. Jadi, buang airnya atau ganti airnya saja tidak cukup kalau kolamnya berlumpur. Mau seribu kali ganti dengan air bersih kalau kolamnya banyak lumpur dan bau maka airnya akan sama saja.
Begitu pun dengan sistem demokrasi. Sudah 7 kali pergantian presiden tetapi sama saja, bukannya rakyat semakin makmur malah semakin hancur. Oleh karena itu, HTI hadir memberi solusi tidak hanya ganti pemimpin melainkan ganti sistem dengan sistem yang lebih baik. Sesoleh, sealim dan sebersih apapun seseorang jika sudah masuk ke dalam parlemen di sistem sekarang maka dia akan mengingkari hukum-hukum Allah. Contohnya pun sudah ada tetapi penulis tidak akan menyebut namanya. Penulis rasa pembaca tau siapa orang yang masuk parlemen saat ini namun ketika agamanya dinista ia diam membisu.
Kita tidak bisa berharap kepada ulama yang terjun ke dalam parlemen untuk melindungi agama dan rakyat, karena mereka yang sudah memiliki kursi kekuasaan dibelenggu oleh kenikmatan dunia. Oleh karenanya, hanya Islam solusi permasalahan umat.
Wallahu'alam..
Komentar
Posting Komentar